Oleh, UMI ISLAMI DEWI
Prodi : PGSD
Semester : V (lima)
Mata Kuliah : Teknologi Pembelajaran
Teknologi di jaman moderen sekarang ini sudah tidak asing lagi
buat kita, dengan adanya perkembanagan
teknologi telah membawa banyak perubahan bagi dunia pendididkan. Bahkan dengan
adanya perkembangan teknologi yang sangat pesat membuat proses pembelajaran
lebih cepat dan efektik.
Teknologi secara etimologis, akar kata teknologi adalah “techne” yang berarti serangkaian metode
rasional yang berkaitan dengan pembuatan sebuah objek atau kecakapan tertentu,
atau pengetahuan tentang metode dan seni. Secara umum Teknologi dapat didefinisikan
sebagai entitas, benda maupun tak benda yang diciptakan secara terpadu melalui
perbuatan dan pemikiran untuk mencapai suatu nilai. Selain itu teknologi adalah
terapan matematika, sains, dan berbagai seni untuk faedah kehidupan seperti
yang dikenal saat ini. Teknologi adalah kumpulan alat, termasuk mesin, modifikasi,
pengaturan dan prosedur yang digunakan oleh manusia sehingga dijaman sekarang
masih terus berkembang pesat dan menciptakan inovasi dan karya-karya terbaru.
Sedangkan Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar
informasi. Pembelajaran juga merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar
dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran dan
tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata
lain Pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didk agar dapat belajar
dengan baik.
Dari penjelasan tadi
dapat diambil kesimpulan bahwa teknologi pembelajaran adalah proses
kompleks yang terintegrasi meliputi orang, prosedur, gagasan , sarana dan
organisasi untuk menganalisis masalah dan merancang, melaksanakan, menilai dan
mengelola pemecahan masalah belajar manusia. Dalam hal ini teknologi
pembelajaran merupakan studi dan praktek etis dalam upaya memfasilitasi
pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan cara menciptakan, menggunakan atau
memanfaatkan, dan mengelola proses dan sumber-sumber teknologi yang tepat.
Sehingga jelas sekali tujuan utamanya
tetap untuk memfasilitasi pembelajaran agar lebih efektif, efisien dan menarik,
serta meningkatkan kinerja.
Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan,
pemanfaatan, pengelolaan serta evaluasi proses dan sumber untuk belajar.
Teknologi Pembelajaran seringkali didefinisikan sebagai penerapan
prinsip-prinsip ilmi pengetahuan dalam menyelesaikan permasalahan belajar,ini
merupakan suatu pandangan bahwa ilmu dan teknologi tidak terpisahkan. Menurut definisi 1994 Teknologi Pembelajaran adalah
teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan
penilaian proses dan sumber untuk belajar.
Definisi 1994 ini mengenal baik tradisi bidang maupun kecenderungannya
untuk massa depan. Pada tahun 1970an Teknologi Pembelajaran berakar dari
berbagai jenis media yang berbeda seperti pembelajaran dengan bantuan computer
dan pembelajaran lewat televisi, serta dalam kegiatan belajar mandiri dan
simulasi. Jadi yang diutamakan ialah media komunikasi yang berkembang secara
pesat sekali yang dapat dimanfaatkan dalam pendidikan, alat-alat teknologi ini
sering disebut “hardware” antara lain TV, radio, Video, computer, proyektor dan lain-lain.
Teknologi dapat ditemukan dimana saja dan tujuan ditemukannya teknologi
untuk membantu memecahkan masalah manusia. Penggunaan teknologi pun harus
mempertimbangkan norma dan nilai yang berlaku agar dapat berproses dengan
mudah. Teknologi itu pada hakikatnya adalah bebas nilai, namun penggunaannya
akan sarat dengan aturan nilai dan estetika. Menurut Prayitno dalam Ilyas (2001), teknologi adalah seluruh perangkat
ide, metode, teknik benda-benda material yang digunakan dalam waktu dan tempat
tertentu maupun untuk memenuhi kebutuhan manusia. teknologi adalah hal-hal yang
baru yang belum diketahui, diterima dan digunakan banyak orang dalam suatu
lokasi tertentu baik berupa ide maupun berupa benda atau barang.
Definisi tahun 1994 dirumuskan
dengan berlandaskan lima bidang garapan bagi teknologi pembelajaran, yaitu :
Desain, Pengembangan, Pemanfaatan, Pengelolaan, dan Penilaian. Kelima hal ini
merupakan kawasan bidang teknologi pembelajaran. Tiap kawasan dari bidang
memberikan sumbangan pada teori dan praktek yang menjadi landasan profesi. Tiap
kawasan tersebut berdiri sendiri meskipun saling berkaitan. Adapun menurut Saettler berpendapat teknologi
sebagai upaya yang lebih terpusat pada peningkatan keterampilan dan organisasi
kerja dibandingkan dengan mesin dan peralatan.
Teknologi modern digambarkan sebagai sistematisasi pengetahuan praktis dalam
meningkatkan produktivitas.
Fungsi
Kawasan
Menurut
Carrier dan Sales tahun 1978; Khenzek, Rachlin, dan Schannel tahun 1988; Kozma
dan Bangert-Downs tahun 1987 taksonomi atau klasifikasi sering digunakan untuk
menyederhanakan hubungan-hubungan yang timbul dari teori dan praktek. Taksonomi
merupakan klasifikasi yang berlandaskan pada hubungan. Daya karya klasik
Taksonomi Tujuan Pendidikan : Ranah Kognitif, Benjamin Bloom membedakan
taksonomi dengan skema klasifikasi yang lebih sederhana. Menurut Bloom,
taksonomi :
1.
Tidak boleh
mengandung unsur-unsur yang arbritrer
2.
Harus sesuai
dengan fenomena riil yang menjadi ungkapan istilah tersebut
3.
Harus teruji
secara kongsisten dengan pandangan-pandangan teoritis dari bidang.
Menurut
Bloom tahun 1956 tujuan utama dalam membuat suatu taksonomi adalah untuk
mempermudah komunikasi. Tujuan utama dalam menciptakan taksonomi apapun ialah
untuk pemulihan lambang-lambang yang sesuai, mendefinisikannya yang tepat
dan dapat digunakan serta mendapatkan consensus dari kelompok yang akan
menggunakannya.
Fleishman
dan Quaintance (1984) merangkum beberapa keuntungan potensial dari pengembangan
suatu taksonomi tentang kinerja manusia, antara lain :
§ Membantu
dalam melakukan review pustaka
§ Membuka
peluang untuk tugas-tugas baru
§ Memaparkan
jurang pemisah dalam pengetahuan dengan mengutarakan kategori dan sub-kategori
pengetahuan, dan meningkatkan diskusi teoritikal atau penilaian
§ Untuk
membantu pengembangan teori dengan jalan mengevaluasi seberapa jauh
keberhasilan teori mengorganisasikan data observasi sebagai hasil penelitian
dalam bidang Teknologi Pembelajaran.
Roland L.
Jacobs (1988) mengusulkan adanya suatu kawasan teknologi kinerja manusia
terdapat tiga fungsi, yaitu : fungsi pengelolaan, fungsi pengembangan system
kinerja, dan komponen sitem kinerja manusia yang merupakan dasar konseptual
untuk melakukan fungsi yang lain. Subkomponen pengembangan adalah
langkah-langkah dalam proses pengembangan. Sedangkan subkomponen dari system
perilaku manusia adalah konsep-konsep mengenai organisasi, motivasi, perilaku,
kinerja, serta umpan balik.
Lima kawasan dari bidang teknologi pembelajaran, yaitu :
1.
Desain
Desain adalah
proses untuk menentukan kondisi belajar. Tujuan desain adalah untuk menciptakan
strategi dan produk pada tingkat makro, seperti program dan kurikulum, dan pada
tingkat mikro, seperti pelajaran dan modul.
Kawasan desain mempunyai empat
cakupan, yaitu :
·
Desain Sistem Pembelajaran (DSI) adalah prosedur yang terorganisasi
yang meliputi langkah-langkah penganalisaan, perancangan, pengembangan,
penaplikasian, dan penilaian pembelajaran.
·
Desain Pesan meliputi perencanaan untuk merekayasa bentuk fisik
dari pesan (Grawbowski, 1991 : 206). Karakteristik lain dari desain pesan
adalah bahwa desain harus bersifat spesifik baik terhadap mediannya maupun
tugas belajarnya.
·
Strategi Pembelajaran adalah spesifikasi untuk menyeleksi
serta mengurutkan peristiwa belajar atau kegiatan pembelajaran dalam suatu
pembelajaran.
·
Karakteristik Pebelajar adalah segi-segi latar belakang
pengalaman pebelajar yang berpengaruh terhadap efektifitas proses belajarnya.
Kecenderungan dan Permasalahan
Berpusat pada penggunaan desain
system pembelajaran yang tradisional, aplikasi teori belajar dalam desain, dan
pengaruh teknologi baru pada proses penyusunan desain. Satu masalah yang sangat
penting ialah perlunya ada teori yang menghubungkan klasifikasi belajar dengan
pemilihan media. Setiap langkah dalam proses desain system pembelajaran dari
analisis tugas sampai pada penilaian, kecuali pemilihan media mempunyai dasar
landasan teori klasifikasi belajar dan prosedur untuk melaksanakannya.
2. Pengembangan
Kawasan pengembangan berakhir pada
produksi media. Melalui proses bertahun-tahun perubahan dalam kemampuan media
ini kemudian berakibat perubahan dalam kawasan. Selama Perang Dunia II, banyak
jenis bahan yang diproduksi untuk pelatihan militer, terutama film
(Seattler,1968). Setelah perang, televisi sebagai media yang baru juga
digunakan untuk kepentingan pendidikan dan muncul peradaban baru televisi.
Pengembangan adalah
proses penterjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik.
Kawasan pengembangan dapat
digolongkan menjadi empat kategori :
a.
Teknologi Cetak adalah cara untuk memproduksi atau menyampaikan
bahan, seperti buku-buku dan bahan-bahan visual yang statis, terutama melalui
proses pencetakan ekanis atau fotografis.
Karakteristik teknologi
cetak/visual yaitu :
§ Teks dibaca
secara linier, sedangkan visual direkam menurut ruang.
§ Keduanya
biasanya memberikan komunikasi satu arah yang pasif (hanya menerima).
§ Keduanya
berbentuk visual yang statis.
§ Pengembangannya
sangat tergantung pada prinsip-prinsip linguistic dan presepsi visual.
§ Keduanya
berpusat pada pebelajar.
§ Informasi
dapat diorganisasikan dan distrukturkan kembali oleh pemakai.
b.
Teknologi Audiovisual merupakan cara memproduksi dan
menyampaikan bahan dengan menggunakan audio dan visual.
Karakteristik teknologi audiovisual
yaitu :
·
Bersifat
linier
·
Menamiplkan
visual yang dinamis
·
Secara khas
digunakan menurut cara yang sebelumnya telah ditentukan oleh
desainer/pengembang
·
Cenderung
merupakan bentuk representasi fisik dari gagasan yang riil dan abstrak.
·
Dikembangkan
berdasarkan prinsip-prinsip psikologi tingkah laku dan kognitif
·
Sering
berpusat pada guru, kurang memperhatikan interaktivitas pebelajar.
c.
Teknologi Berbasis Komputer merupakan cara-cara memproduksi dan
menyampaikan bahan dengan menggunakan perangkat yang bersumber pada
microprosesor.
Karakteristik teknologi berbasis
komputer yaitu :
§ Digunakan
secara acak atau tidak berurutan, disamping secara linier.
§ Dapat
disunakan sesuai dengan keinginan pebelajar, maupun menurut cara yang dirancang
oleh desainer/pengembang.
§ Gagasan-gagasan
biasanya diungkapkan secara abstrak dengan menggunakan kata, symbol maupun
grafis.
§ Prinsip-prinsip
ilmu kognitif diterapkan selama pengembangan
§ Belajar
dapat perbusat pada pebelajar dengan tingkat interaktivitas yang tinggi.
d.
Teknologi Terpadu merupakan cara untuk memproduksi
dan menyampaikan bahan dengan memadukan beberapa media yang dikendalikan oleh
computer.
Karakteristik teknologi terpadu
yaitu :
·
Dapat
digunakan secara acak atau tidak berurutan, disamping secara linier ;
·
Dapat
digunakan sesuai dengan keinginan pebelajar, disamping menurut cara seperti
yang dirancang oleh pengembangnya ;
·
Gagasan-gagasan
sering disajikan secara realistic dalam konteks pengalaman Pabelajar, relevan
dengan kondisi Pebelajar, dan dibawah kendali Pebelajar ;
·
Prinsip-prinsip
ilmu kognitif dan konstruktif diterapkan dalam pengembangan dan pemanfaatan
bahan pembelajaran ;
·
Belajar
dipusatkan dan diorganisasikan menurut pengetahuan kognitif sehingga
pengetahuan terbentuk pada saat digunakan ;
·
Bahan belajar
menunjukkan interaktivitas pebelajar yang tinggi ;
·
Sifat bahan
yang mengintegrasikan kata-kata dan tamsil dari banyak sumber media.
Kecenderungan dan Permasalahan
Kecenderungan dan permasalahan teknologi cetak dan
teknologi audiovisual mencakup peningkatan perhatian terhadap desain teks,
kerumitan visual serta penggunaan isyarat warna (Berry 1992). Kecenderungan dan
permasalahan dalam teknologi komputer dan teknologi terpadu dari kawasan
pengembangan terletak pada tantangan mendesain teknologi interaktif, penerapan
kontruktivisme dan teori belajar sosial, sistem pakar dan otomisasi peralatan
pengembangan, serta aplikasi untuk belajar jarak jauh.
3. Kawasan
Pemanfaatan
Pemanfaatan adalah
aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk belajar. Pemanfaatan
mungkin merupakan kawasan Teknologi Pembelajaran tertua diantara
kawasan-kawasan yang lain, karena pengunaan bahan audiovisual secara teratur
mendahului meluasnya perhatian terhadap desain dan produksi media pembelajaran
yang sistematis. Pada tahun 1923 dana pendidikan visual dalam system
persekolahan kota mencakup projector, stereopticons, persewaan film
dan lentera film bingkai (lantern slides). Setelah Perang Dunia II, gerakan
pembelajaran audiovisual mengorganisasikan dan mempromosikan penggunaan
bahan-bahan audiovisual.
Selama
bertahun-tahun, kawasan pemanfaatan dipusatkan pada aktivitas guru dan ahli
media yang membantu guru. Model dan teori dalam kawasan pemanfaatan cenderung
terpusat pada perspektif pengguna. Akan tetapi dengan diperkenalkannya konsep
difusi inovasi pada akhir tahun 1960 yang mengacu pada proses komunikasi dan
melibatkan pengguna dalam mempermudah proses adopsi suatu gagasan perhatian
kemudian berpaling ke perspektif penyelenggara.
Secara historis kawasan mempunyai kebijakan dan aturan
sendiri. Akan tetapi kawasan pemanfatanlah yang paling terkena oleh
kebijakan-kebijakan dan aturan-aturan. Dengan demikian pemanfaatan menuntut
adanya penggunaan, deseminasi, difusi, implementasi, dan pelembagaan yang sistematis.
Hal tersebut dihambat oleh kebijakan dan peraturan.
Keempat kategori dalam kawasan
pemanfaatan ialah :
·
Pemanfaatan Media ialah penggunaan yang sistematis
dari sumber belajar.
·
Difusi Inovasi adalah proses berkomunikasi melalui strategi yang
terencana dengan tujuan diadopsi.
·
Imlementasi dan Pelembagaan ialah penggunaan bahan dan strategi
pembelajaran dalam keadaan yang sesungguhnya (bukan tersimulasikan). Sedangkan
pelembagaan yaitu penggunaan yang rutin dan pelestarian dari inovasi
pembelajaran dalam suatu struktur atau budaya organisasi.
·
Kebijakan dan Regulasi adalah aturan dan tindakan dari
masyarakat (atau wakilnya) yang mempengaruhi difusi atau penyebaran dan
penggunaan Teknologi Pembelajaran.
Kecenderungan dan Permasalahan, pada
umumnya berkisar pada kebijakan dan peraturan yang mempengaruhi penggunaan,
difusi, implementasi dan pelembagaan. Masalah lain yang berhubungan dengan
kawasan ini ialah bagaimana gerakan restruktursasi sekolah dapat mempengaruhi
penggunaan sumber pembelajaran.
4. Kawasan Pengelolaan
Konsep pengelolaan merupakan bagian
integral dalam bidang Teknologi Pembelajaran dan dari peran kebanyakan para
teknologi pembelajaran. Seorang teknolog pembelajaran mungkin terlibat dalam
usaha pengelolaan projek pengembangan pembelajaran atau pengelolaan pusat media
sekolah. Tujuan yang sesungguhnya dari pengelolaan kasus demi kasus dapat
sangat bervariasi, namun keterampilan pengelolaan yang mendasarinya relative
tetap sama apapun kasusnya.
Kawasan
pengelolaan semula berasal dari administrasi pusat media, program media dan
pelayanan media. Dengan semakin rumitnya praktek pengelolaan dalam bidang ini
teori pengelolaan umum mulai diterapkan dan diadaptasi. Teori pengelolaan
projek digunakan khususnya dalam proyek desain pembelajaran, karena semakin
diperlukan dalam praktek pengelolaan.
Pengelolaan meliputi pengendalian Teknologi
Pembelajaran melalui perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan
supervise. Pengelolaan biasanya merupakan hasil dari penerapan dari suatu
system nilai. Secara singkat ada empat kategori dalam kawasan pengelolaan,
yaitu :
·
Pengelolaan Proyek meliputi perencanaan, monitoring
dan pengendalian proyek desain, dan pengembangan.
·
Pengelolaan Sumber mencakup perencanaan, pemantauan,
dan pengendalian system pendukung dan pelayanan sumber.
·
Pengelolaan Sistem Penyampaian meliputi perencanaan, pemantauan,
pengendalian “cara bagaimana distribusi bahan pembelajaran diornganisasikan …
Hal tersebut merupakan gabungan medium dan cara penggunaan yang dipakai dalam
menyajikan informasi pemelajaran kepada pebelajar” (Elligton dan Harris,
1986:47).
·
Pengelolaan Informasi meliputi perencanaan, pemantauan
dan pengendalian cara penyimpanan, pengiriman/pemindahan atau pemrosesan
informasi dalam rangka tersedianya sumber untuk kegiatan belajar.
Peran Kawasan Teknologi Pembelajaran
Peran kawasan
untuk menyempurnakan perumusan definisi suatu bidang, harus dikembangkan suatu
cara untuk mengidentifikasi dan mengorganisasikan hubungan-hubungan yang timbul
dari teori dan praktrek. Taksonomi atau klasifikasi sering digunakan untuk
menyederhanakan hubungan-hubungan ini. Taksonomi merupakan klasifikasi yang
berlandaskan pada hubungan. Feishmen dan Quaintance merangkum beberapa
keuntungan potensial dari pengembangan suatu taksonomi tentang kinerja manusia,
antara lain :
1. Membantu dalam melakukan
reviu pustaka
2. Membuka peluang
untuk tugas-tugas baru
3. Memaparkan
jurang pemisah dalam pengetahuan dengan mengutarakan kategori dan sub-kategori
pengetahuan, mengungkapkan lubang-lubang dalam penelitian, dan meningkatkan
diskusi teoritikal atau penilaian.
4. Untuk membantu
pengembangan teori dengan jalan mengevaluasi seberapa jauh keberhasilan teori
mengorganisasikan data observasi sebagai hasil penelitian dalam bidang
teknologi pembelajaran.
Ronald L.
Jacobs juga mengusulkan adanya suatu kawasan teknologi kinerja manusia yang
mencakup teori dan praktek, dan mengidentifikasi tugas-tugas para peraktisi.
Hubungan Kawasan Teknologi Pembelajaran
Kawasan
Teknologi Pembelajaran merupakan rangkungan tentang wilayah utama yang merupakan dasar pengetahuan bagi setiap kawasan. Para
peneliti dapat berkonsentrasi pada satu kawasan, atau menjadi praktisi disemua
kawasan. Meskipun para peneliti tersebut dapat menfokuskan diri pada satu
kawasan atau cakupan dalam kawasan tersebut, mereka menarik manfaat teori dan
praktik dari kawasan yang lain. Kawasan Teknologi Pembelajaran merupakan
rangkungan tengan wilayah utama yang merupakan dasar pengetahuan bagi setiap
kawasan.
Secara historis, bidang ini disebut baik
sebagai “teknologi pendidikan” maupun “teknologi pembelajaran”. Mereka yang
setuju dengan istilah Teknologi Pembelajaran mempunyai dua pendapat. Pertama,
karena kata Pembelajaran lebih sesuai dengan fungsi teknologi. Kedua, karena
kata Pendidikan lebih sesuai untuk hal-hal yang berhubungan dengan sekolah atau
lingkungan pendidikan. Banyak yang beranggapan bahwa istilah “pembelajaran”
tidak hanya mencakup pengertian pendidikan mulai TK hingga SLTA , melainkan
juga mencakup situasi pelatihan (training). Menurut Knirk dan Gustafon
(1986) kata “pembelajaran” khususnya berkenaan dengan permasalahan belajar dan
mengajar, sedangkan “pendidikan” terlalu luas karena mencakup segala aspek
pendidikan.
Setuju dengan istilah “ Teknologi
Pembelajaran “ berdalih bahwa karena pembelajaran (Instrukction) dianggap oleh
banyak orang sebagai bagian dari pendididkan, maka sebaiknya dipakai istilah
yang memberikan cakupan yang lebig luas (AECT, 1977 : Saettler, 1990). Mereka
ini beranggapan bahwa kata “pendidikan” merujuk pada aneka ragam lingkungan
belajar, termasuk belajar d irumah, di sekolah, di tempat kerja. Sedangkan
“pembelajaran” hanya merujuk pada hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan
sekolah saja.
Kedua kelompok nampaknya mengunakan
alasan yang sama untuk membenarkan istilah masing-masing. Ada juga kelompok
lain yang bertahun-tahun menggunakan kedua istilah tersebut secara bergantian.
Menurut catatan Finn tahun 1965, hal ini sudah berlangsung hampir tiga puluh
tahun. Istilah “Teknologi Pendidikan” lebih lazim digunakan di Inggris dan
Kanada; sedang “Teknologi Pembelajaran” saat ini lebih banyak digunakan di
Amerika Serikat.
Definisi yang ditetapkan oleh AECT tahun
1977 juga membedakan “Teknologi Pendidikan”dengan“teknologi pembelajaran” dan
“teknologi dalam pendidikan” tergantung dari lingkup masing-masing istilah.
Pada tahun 1977 istilah “teknologi pendidikan” digunakan untuk menjelaskan
bagian (subset) pendidikan yang menyangkut segala aspek pemecahan permasalahan
belajar manusia melalui proses yang rumit dan saling berkaitan. Dengan demikian
“teknologi pendidikan” mencakup pengertian belajar melalui media massa serta
sistem pelayanan pembelajaran (support
system for instruction) termasuk sistem pengelolaan (management).
“Teknologi dalam Pendidikan” digunakan untuk menjelaskan peranan teknologi pada
sistem pelayanan pendidikan (support
system for eduation) dari teknologi Pendidikan dengan alasan bahwa
instruksional atau pembelajaran) merupakan baagin dari pendidikan yang bersifat
terarah (puposive) dan terkendali (controlled) saja.
Sejak tahun 1977 perbedaan antara ketiga
istilah tersebut telah menghilang. Kini
ketiga istilah tersebut dipakai untuk menjelaskan penerapan proses dan sarana
(tools) teknologi dalam memecahkan permasalahan belajar dan pembelajaran. Sekarang
profesi ini makin lama makin memuusatkan kegiatannya dan konsep-konsepnya ke
arah pembelajaran, meskipun pembelajaran
tersebut lebih bersifat sekali-kali atau tidak langsung, daripada yang sengaja
disusun dan diawasi. Dengan perkataan lain, penekanan pada aspek-aspek yang
menyangkut permasalahan pendidikan menjadi berkurang dan pada pembelajaran yang
disengaja maupun yang tidak disengaja menjadi semakin bertambah. Oleh karena
itu sukurlah untuk mempertahankan pendapat bahwa “teknologi pembelajaran” dan
“teknologi dalam pendidikan” merupakan bagian (subset) dari “teknologi
pendidikan”.
Pada saat ini, istilah “teknologi
pendidikan” dan teknologi pembelajaran” digunakan secara bergantian oleh
kebanyakan insan profesi dalam bidang ini. Karena istilah “teknologi
pembelajaran” (a) dewasa ini lazim dipakai di Amerika Serikat; (b) mencakup
banyaknya lingkungan pemanfaatan; (c) menggambarkan fungsi teknologi dalam
pendidikan secara lebih tepat; dan (d) dalam satu batasan dapat merujuk baik
pada belajar maupun pembelajaran, maka istilah “teknologi pembelajaran”
digunakan dalam definisi 1994 ini, meskipun kedua istilah dianggap sinonim.
Pemahaman pada teknologi pembelajaran
(media pembelajaran dan sumber belajar) perlu ditegaskan untuk menjadi pengantar
pada kajian tentang kawasan teknologi pembelajaran. Dengan memahami media
pembelajaran dan sumber belajar sebagai istilah-istilah yang lazim digunakan
dalam dunia teknologi pembelajaran dan sumber belajar sebagai istilah-istilah
yang lazim digunakan dalam dunia teknologi pembelajaran, pemahaman tentang
teknologi pendidikan akan menjadi semakin menjadi semakin distingtif. Alat-alat
peraga, LCD, laptop adalah media pembelajaran. Sementara materi bacaan, teks
dari koran, majalah, buku atau internet atau film atau fenomena di alam dan
lingkungan masyarakat bisa menjadi sumber belajar. Kiranya menyamakan teknologi
pendidikan dengan media pembelajaran dan sumber pembelajaran adalah cara
bernalar yang kurang tepat dan hanya akan mempersempit kajian teknologi pendidikan.
Namun memaknai medi pembelajaran dan sumber belajar sebagai bagian dari
teknologi pendidikan adalah logika yang bisa diterima.
Teknologi sebagai istilah yang memiliki
ruang pemaknaan pada kajian bahasan, ilmu (logos) tentang teknik, piranti,
instrume, metode meniscayakanya menjadi istillah dengan fleksibilitas yang
tinggi. Kajian-kajian tentang kemampuan manusia merekayasa juga bisa dirangkum
dengan istilah ini. Faktanya kemampuan teknologis itu juga didapat manusia dari
pendidikan. Istimewanya pendidikan modern saat ini sangat membuka diri pada
perkembangan teknologi. Dengan demikian teknologi pendidikan memiliki dua arus
ketegangan yang saling mempengaruhi. Dalam istilah Sukmadinata, kurikulum
teknologis mengandaikan pendidikan yang sangat berkepentingan dengan kompetensi
teknologi.
Di satu sisi, perkembangan teknologi
mempengaruhi dunia pendidikan. Di sisi lain perkembangan teknologi juga
ditransmisikan melalui pendidikan. Dengan sederhana bisa dibayangkan,
pendidikan yang memisahkan diri dari perkembangan teknologi hanya akan
menghasilkan pendidikan yang tidak relevan dan ketinggalan zaman. Sebaliknya,
perkembangan teknologi yang tidak disebarkan, tidak diwariskan tidak
dilestarikan dari generasi ke generasi melalui pendidikan hanya akan
menghasilkan teknologi yang kuno, tidak inivatif dan teknologi yang
ditinggalkan zamannya.
Teknologi pembelajaran sebagai objek
kajian untuk pengembangan ilmu pendidikan lebih menekankan pada sejauh mana
perkembangan teknologi dibutuhkan untuk pengembangan pendidikan atau sejauh
mana pendidikan membutuhkan kehadiran atau peran teknologi untuk mengefektifkan
kerjanya.
Dengan demikian, kajian tentang teknologi
pendidikan bukanlah cetak biru yang pasti. Konsep tentang teknologi pendidikan
berkembang dinamis seiring dengan perkembangan pendidikan. Dari zaman ke zaman
selalu terbuka pergeseran konsep teknologi pendidikan seiring dengan pergeseran
paradigma yang dianut umat manusia terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan pendidikan.