Mutu
adalah sebuah proses terstruktur untuk memperbaiki keluaran (output)
yang
dihasilkan. Agar sekolah dapat menjalankan prannya sekolah dapat
menetapkan standar mutu pada setiap rangkaian kerja di dalam keseluruhan proses kerja. Jika
pekerjaan
mencapai standar mutu yang telah di tetapkan pada masing-masing rangkaian
kerja, hasil akhirnya adalah sebuah produk bermutu. Pada
saat berbicara mengenai pendidikan bahwa mutu pendidikan sering kali bertolak
ukur pada perbaikan
peringkat kenaikan kelas atau nilai rapor. Namun, jika merujuk arti tentang pendidikan bahwa proses pendidikan tidak lepas dari tiga ranah yakni
ilmu, sikap dan keterampilan. Dengan demikia seorang guru sebaiknya berfokus
pada tanggung
jawab perbaikan mutu pada tiga ranah tersebut.
Bagi
setiap institusi, mutu adalah agenda utama dan meningkatkan mutu merupakan
tugas yang paling penting. Walupun demikian, ada sebagian orang yang menganggap
mutu sebagai sebuah konsep yang penuh dengan teka-teki. Dalam kehidupan
sehari-hari, kita akan melakukan apa saja untuk biasa
mendapatkan mutu, terutama jika mutu tersebut sudah menjadi kebiasaan kita.
Namun, ironisnya kita hanya bisa menyadari keberadaan mutu tersebut
saat mutu hilang. Satu hal yang biasa
kita yakini adalah mutu merupakan suatu hal yang mebedakan antara yang baik dan
yang sebaliknya. Bertolak dari kenyatan tersebut, mutu dalam pendidikan
akhirnya merupakan hal yang membedakan antara kesuksesan dan kegagalan (Edward
Sallis, 2006: 29-30).
B.
PERMASALAHAN MUTU PENDIDIKAN
Program
mutu sebenarnya berasal dari dunia bisnis. Dalam dunia bisnis, baik yang
bersifat produksi maupun jasa, program mutu merupakan program utama sebab
kelanggengan dari kemajuan usaha sangat ditentukan oleh mutu sesuai dengan
permintaan dan tuntutan pengguna. Permintaan dan tuntutan pengguna terhadap
produk dan jasa layanan terus berubah dan berkembang sejalan dengan hal itu,
mutu produk dan jasa layanan yang diberikan harus selalu di tingkatkan. Dewasa
ini, mutu bukan hanya menjadi masalah dan kepedulian dalam bidang bisnis,
melainkan juga dalam bidang-bidang lainnya, seperti pemerintahan, layanan
social, pendidikan, bahkan bidang keamanan dan ketertiban sekalipun.
Banyak
masalah mutu dihadapi dalam dunia pendidikan, seperti mutu lulusan, mutu
pengajaran bimbingan dan latihan guru, serta profesionalisme dan kinerja guru.
Mutu-mut tersebut terkait dengan mutu manajerial para pimpinan pendidikan,
media, sumber belajar, alat dan bahan latihan, iklim sekolah, lingkungan
pendidikan, serta dukungan dari pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan.
Semua kelemahan mutu dari komponen-komponen pendidikan
tersebut berujung pada rendahnya mutu lulusan.
Mutu
lulusan yang rendah dapat menimbulkan berbagai masalah, seperti lulusan tidak
bisa melanjutkan studi, tidak dapat menyelesaikan studinya pada jenjang yang lebih
tinggi, tidak dapat bekerja atau tidak di terima di dunia kerja, diterima
bekerja tapi tidak berprestasi, tidak mengikuti perkembangan masyarakat, dan tidak
produktif akan menjadi beban masyrakat, menamabah
biaya kehidupan dan kesejahteraan masyarakat, serta memungkikan menjadi waraga
yang tersisih dari masyarakat (Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, 2006: 8).
C.
DASAR-DASAR PROGRAM MUTU PENDIDIKAN
Untuk
melaksanakan program mutu diperlakukan beberapa dasar yang kuat,
yaitu sebagai berikut :
1.
Komitmen Pada Perubahan
Pemimpin
atau kelompok yang ingin menerapkan program mutu harus memiliki komitmen atau
tekad untuk berubah. Pada intinya, peningkatan mutu adalah melakukan perubahan
ke arah yang lebih baik dan lebih berbobot.
2.
Pemahanan Yang Jelas Tentang Kondisi Yang Ada
Banyak
kegagalan dalam melaksanakan perubahan karena melakukan sesuatu seBelum
sesuatu itu jelas.
3.
Mempunyai Visi Yang Jelas Terhadap Masa
Depan.
Hendaknya,
perubahan yang akan dilakukan berdasarkan visi tentang perkembangan, tantangan,
kebutuhan, masalah, dan peluang yang akan dihadapi pada masa yang akan datang.
Visi dapat menjadi pedoman yang akan membimbing tim dalam perjalanan
pelaksanaan program mutu.
4.
Mempunyai Rencana Yang Jelas.
Mengacu
pada visi, sebuah tim menyusun rencana dengan jelas. Rencana menjadi pegangan
dalam proses pelaksanaan program mutu. Rencana harus selalu di up-date sesuai
dengan perubahan. Tidak ada program mutu yang terhenti (stagnan)
dan tidak ada dua program yang identik karena program mutu selalu berdasarkan
dan sesuai dengan kondisi lingkungan. Program mutu merefleksikan lingkungan
pendidikan dimana pun ia berada (Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, 2006:
8-9).
D.
PRINSIP-PRINSIP PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
Mutu
merupakan topic penting dalam diskusi tentang pendidikan sekarang ini. Dalam
diskusi tersebut boleh jadi muncul gagasan berbeda mengenai mutu sebanyak
jumlah sekolah yang ada. Mutu menciptakan lingkungan bagi pendidik, orang tua,
pejabat pemerintah, wakil-wakil masyarakat dan pemuka bisnis untuk bekerja sama
guna memberikan kepada para siswa sumber-sumber daya yang di butuhkan unuk
memenuhi tantangan masyarakat, bisnis dan akademik sekarang dan masa depan.
Adapun
prinsip-prinsip yang perlu dipegang dalam menerapkan program mutu pendidikan di
antaranya sebagai berikut :
1. Peningkatan
mutu pendidikan menuntut kepemimpinan professional dalam bidang pendidikan.
Manajemen mutu pendidikan merupakan alat yang dapat digunakan oleh para
professional pendidikan dalam memperbaiki sistem pendidikan bangsa kita.
2. Kesulitan
yang dihadapi para professional pendidikan adalah ketidak mampuan mereka dalam
menghadapi “kegagalan sistem” yang mencegah mereka dari pengembangan atau
penerapan cara atau proses baru untuk memperbaiki mutu pendidikan yang ada.
3. Peningkatan
mutu pendidikan harus melakukan loncatan-loncatan. Norma dan kepercayaan lama
harus diubah. Sekolah harus belajar bekerja sama dengan sumber-sumber yang
terbatas. Para professional pendidikan harus membantu para siswa dalam
mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan guna bersaing di dunia
global.
4. Mutu
pendidikan dapat diperbaiki jika administrator, guru, staf, pengawas dan
pimpinan kantor Diknas mengembangkan sikap yang terpusat pada kepemimpinan, team work, kerja sama,
akuntabilitas, dan rekognisi.
5. Kunci
utama peningkatan mutu pendidikan adalah komitmen pada perubahan. Jika semua
guru dan staf sekolah telah memiliki komitmen pada perubahan, pimpinan dapat
dengan mudah mendorong mereka menemukan cara baru untuk memperbaiki efisiensi,
produktivitas dan kualitas layanan pendidikan. Guru akan menggunakan pendekatan
yang baru atau model-model mengajar, membimbing dan melatih dalam membantu
perkembangan siswa. Demikian juga staf administrasi, ia akan menggunakan proses
baru dalam menyusun biaya, menyelesaikan masalah, dan mengembangkan program
baru.
6. Banyak
professional di bidang pendidikan yang kurang memiliki pengetahuan dan keahlian
dalam menyiapkan para siswa memasuki pasar kerja yang bersifat
global. Ketakutan terhadap perubahan atau takut melakukan perubahan
akan mengakibatkan ketidaktahuan bagaimana mengatasi tuntutan baru (Prof. Dr.
Nana Syaodih Sukmadinata, 2006: 10).
7. Program
peningkatan mutu dalam bidang komersial tidak dapat dipakai secara langsung
dalam pendidikan, tetapi membutuhkan penyesuaian-penyesuaian dan penyempurnaan.
Budaya, lingkungan, dan proses kerja tiap organisasi berbeda. Para professional
pendidikan harus dibekali oleh program yang khusus dirancang untuk menunjang
pendidikan.
8. Salah
satu komponen kunci dalam program mutu adalah system pengukuran. Dengan
menggunakan system pengukuran memungkinkan para professional pendidikan dapat
memperlihatkan dan mendokumentasikan nilai tambah dari pelaksanaan program
peningkatan mutu pendidikan, baik terhadap siswa, orang tua, maupupn
masyarakat.
9. Masyarakat
dan manajemen pendidikan harus menjauhkan diri dari kebiasaan menggunakan
“program singkat”, peningkatan mutu dapat dicapai melalui perubahan yang
berkelanjutan tidak dengan program-program singkat (Prof. Dr. Nana Syaodih
Sukmadinata, 2006: 11).
E.
JAMINAN MUTU PENDIDIKAN
Jaminan
mutu adalah sebuah cara memproduksi produk yang bebas dari cacat dan kesalahan.
Tujuannya, dalam istilah Philip B. Crosby, adalah menciptakan produk tanpa
cacat (zero defects). Jaminan mutu adalah pemenuhan spesifikasi produk
secara konsisten atau menghasilkan produk yang selalu baik sejak awal (right
first time every time). Mutu barang atau jasa yang baik dijamin oleh
system, yang dikenal sebagai system jaminan mutu, yang memposisikan secara
tepat bagaimana produksi seharusnya berperan sesuai dengan standart.
Standart-standart mutu diatur poleh produser-produser yang ada dalam system
jaminan mutu (Edward Sallis, 2006: 58)..
Mutu
(Kualitas) pendidikan bukan sesuatu yang terjadi dengan sendirinya, dia
merupakan hasil dari suatu proses pendidikan, jika suatu proses pendidikan
berjalan baik, efektif dan efisien, maka terbuka peluang yang sangat besar
memperoleh hasil pendidikan yang bermutu. Mutu pendidikan mempunyai kontinum
dari rendah ke tinggi sehingga berkedudukan sebagai suatu variabel, dalam
konteks pendidikan sebagai suatu sistem, variabel kualitas pendidikan dapat
dipandang sebagai variabel terikat yang dipengaruhi oleh banyak faktor seperti
kepemimpinan, iklim organisasi, kualifikasi guru, anggaran, kecukupan fasilitas
belajar dan sebagainya. Edward Salis (2006 : 30-31) menyatakan
:
“ada
banyak sumber mutu dalam pendidikan, misalnya sarana gedung yang bagus, guru
yang terkemuka, nilai moral yang tinggi, hasil ujian yang memuaskan,
spesialisasi atau kejuruan, dorongan orang tua, bisnis dan komunitas lokal,
sumberdaya yang melimpah, aplikasi teknologi mutakhir, kepemimpinan yang baik
dan efektif, perhatian terhadap pelajar an anak didik, kurikulum yeng memadai,
atau juga kombinasi dari faktor-faktor tersebut”
Pernyataan
di atas menunjukan banyaknya sumber mutu dalam bidang pendidikan, sumber ini
dapat dipandang sebagai faktor pembentuk dari suatu kualitas pendidikan, atau
faktor yang mempengaruhi kualitas/mutu pendidikan. Dalam hubungan dengan faktor
berpengaruh pada kualitas pendidikan, hasil studi Heyman dan Loxley tahun
1989 (Mintarsih Danumihardja 2004 : 6) menyatakan bahwa factor guru, waktu
belajar, manajemen sekolah, sarana fisik dan biaya pendidikan memberikan
kontribusi yang berarti terhadap prestasi belajar siswa. Hasil Penelitian
tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan dana untuk penyelenggaraan proses
pendidikan di sekolah menjadi salah satu factor penting untuk dapat memenuhi
kualitas dan prestasi belajar, dimana kualitas dan prestasi belajar pada
dasarnya mengagambarkan kualitas pendidikan.
Sementara
itu Nanang Fatah (2000 : 90)
mengemukakan upaya peningkatan mutu dan perluasan pendidikan membutuhkan
sekurang-kurangnya tiga factor utama yaitu (1) Kecukupan sumber-sumber
pendidikan dalam arti kualitas tenaga kependidikan, biaya dan sarana belajar;
(2) Mutu proses belajar mengajar yang mendorong siswa belajar efektif; dan (3)
Mutu keluaran dalam bentuk pengetahuan, sikap keterampilan,
dan nilai-nilai. Jadi kecukupan sumber, mutu proses belajar mengajar, dan mutu
keluaran akan dapat terpenuhi jika dukungan biaya yang dibutuhkan dan tenaga
professional kependidikan dapat disediakan di sekolah, dan semua ini tentu saja
memerlukan sumberdaya pendidikan termasuk biaya.
Ada
dua pertanyaan fundamental yang perlu di ungkapkan ketika kita berusaha
memahami mutu. Yang pertama adalah, apa produknya? Dan kedua adalah
siapakah pelanggannya? Apa
produk dari pendidikan? Ada beberapa perbedaan pendapat tentang ini. Pelajar
atau peserta didik seringkali di anggap sebagai produk dari pendidikan. Dalam
pendidikan kita sering mengatakan seolah-olah pelajar adalah hasil dari
pendidikan, khusunya dengan merujuk pada penerapan disiplin dan cara bersikap
di institusi-institusi tertentu.
F.
SEKOLAH DENGAN MANAJEMEN MUTU
TOTAL (MMT)
Manajemen total dapat
digunakan sebagai alat untuk membentuk ikatan antara sekolah, dunia bisnis, dan
pemerintah. Ikatan tersebut akan memungkinkan para professional di sekolah atau
daerah dilengkapi dengan sumber-sumber yang dibutuhkan dalam pengembangan
program mutu.
Manajemen
mutu total merupakan aspek utama dari manajemen total. MMT merupakan metodologi
yang mempermudah mengelolah perubahan, membentuk infrastruktur yang lebih
fleksibel, cepat merespon pada tuntutan perubahan masyarakat. Visi MMT
dipusatkan pada menemukan kebutuhan para pengguna lulusan (customer),
persiapan melibatkan masyarakat secara menyeluruh dalam program peningkatan
mutu, system dukungan yang memungkinkan guru, staf administrasi dan siswa dalam
mengelolah perubahan dan melakukan penyempurnaan yang berkelanjutan dengan
tujuan agar produk sekolah menuju arah yang lebih baik.
Prinsip-prinsip
sekolah dengan MMT :
1.
Berfokus pada customer
2.
Keterlibatan menyeluruh
3.
Pengukuran
4.
Pendidikan sebagai system
5.
Perbaikan yang berkelanjutan
G.
SISTEM PENJAMINAN MUTU DI PERGURUAN TINGGI
“Penjaminan
mutu pendidikan tinggi di perguruan tinggi adalah proses penerapan dan
pemenuhan standar mutu pengelolaan dan pendidikan tinggi secara konsisten dan
berkelanjutan, sehingga stakeholder (mahasiswa, orang tua,
dunia kerja, pemerintah, dosen, tenaga penunjang, serta pihak lain yang
berkepentingan) memperoleh kepuasaan”
Dengan
demikian, penjaminan mutu diharapkan dilakukan diseluruh perguruan tinggi
dengan memperlihatkan butir-butir mutu yang ditetapkan antara lain : kurikulum
program studi, sumber daya manusia, mahasiswa, proses pembelajaran, prasarana
dan sarana, suasana akademik, keuangan, penelitian, dan publikasi dan
lain-lainnya.
Ada
beberapa tahap proses penjaminan mutu pendidikan diperguruan tinggi antara
lain :
1. Perguruan
tinggi melakukan evaluasi diri untuk mengetahui tantangan dan hambatan yang
dihadapi, kemudian melakukan tinjauan terhadap kesesuian visi dan misi dalam
menjawab tantangan dan hambatan tersebut, termasuk di dalamnya menetapkan visi
dan misi.
2. Perguruan
tinggi mulai melaksanakan penjaminan mutu dengan menerapkan manajemen mutu yang
kemudian di ikuti proses evaluasi dan revisi dari standar mutu melalui tolok
ukur secara berkelanjutan. Proses yang menjaga agar penjaminan ini secara
konsisten dilakukan adalah proses pengawasan dan evaluasi secara internal yaitu
di dalam proses tersebut memuat kegiatan audit, asesmen dan evaluasi. kegiatan ini walaupun secara teori
dipisah-pisah, namun secara praktis tidak dipisahkan antara satu dengan yang
lain.
3. Penjaminan
mutu merupakan pekerjaan rutin yang berkesinambungan dan harus terus menerus
dilakukan dan bukan merupakan kegiatan yang bersifat ad hoc. Oleh karenanya, proses pengawasan
(monitoring) dan evaluasi perlu diterapkan secara terus menerus penekanan bahwa
kegiatan ini bukan mencari-cari kesalahan melainkan untuk melakukan tindakan
perbaikan terus menerus (Rinda Hedwig, 2007: 1-3).
DAFTAR PUSTAKA
Arcaro,
Jerome S. Pendidikan Berbasis Mutu: Prinsip-Prinsip Perumusan Dan Tata
Langkah Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Hedwig,
Rinda. Sistem Penjaminan Mutu Di Perguruan Tinggi Monitoring Dan
Evaluasi Internal. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007
Sukmadinata,
Nana Syaodih, Prof. Dr. Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah.Bandung:
PT Refika Aditama, 2006
Sallies,
Edward. Total Quality Management In Education. Jogjakarta:
IRCiSoD, 2006.