Iklan_1

Education & Financial Konsulting

Education & Financial Konsulting
Education & Financial Konsulting

Agrobisnis & Pariwisata

Agrobisnis & Pariwisata
Agrobisnis & Pariwisata

Digital & Network Development

Digital & Network Development
Digital & Network Development

HUBUNGAN ANTARA PROFESIONALISME GURU DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWAMTs GUPPI SELAJAMBE

HUBUNGAN ANTARA PROFESIONALISME GURU DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWAMTs GUPPI SELAJAMBE

Oleh: Yogi Iskandar

Program Studi : Pendidikan Ekonomi
Abstract

In this reseach, the motivation of students suspected very low. It was evidenced by lack the students who want to try to ask and answer the question that was given by the teacher still low and  the student’s visitation to the library was still low. In the field of education, the teacher have significant relationship in the building the students learning motivation. The purpose in this research are to knowing the description of teacher professionalism of MTs GUPPI Selajambe, to knowing the description of the student learning motivation of MTs GUPPI Selajambe and to knowing how far the relationship between the teacher professionalism with the student learning motivation of MTs GUPPI Selajambe. This research is a research of population with 82 repondents. the data collection are using questionare and analysis of Spearman rank correlation.
According to statistic calculation, professionalism and student learning motivation is very high. the relationship between the teacher professionalism with the student learning motivation  having high closeness also. to keep student motivation, the level of theacher professionalism have role that significant. so, the teacher professionalism must be maintained and enhanced to increase the student learning motivation.
key word : the teacher professionalism and learning motivation

A.    PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, pendidikan merupakan hal yang penting. Dengan pendidikan yang memadai dan dapat terlaksana dengan maksimal. Maka perkembangan sumber daya manusia akan meningkat, melalui peningkatan sumber daya manusia tersebut maka akan meningkat pula prekonomian pada suatu negara.  Namun fenomenal dilapangan motivasi belajar MTs GUPPI Selajambe rendah. Guru memiliki hubungan yang siginifikan dalam membangun motivasi belajar siswa.

2.      Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1)          Bagaimana Gambaran Profesionalisme Guru MTs GUPPI Selajambe?
2)          Bagaimana Gambaran Motivasi Belajar Siswa MTs GUPPI Selajambe?
3)          Sejauhmanakah Hubungan antara Profesionalime Guru dengan  Motivasi Belajar Siswa MTs GUPPI Selajambe?

3.      Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1)      Untuk mengetahui gambaran profesional guru MTs GUPPI Selajambe.
2)      Untuk mengetahui gambaran motivasi belajar siswa MTs GUPPI Selajambe.
3)      Untuk mengetahui hubungan antara profesionalisme guru dengan motivasi belajar siswa MTs GUPPI Selajambe.

4.      Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin didapat oleh penulis, dalam melakukan penelitian ini adalah:
1)      Manfaat Teoritis
Menjadi bahan evaluasi oleh praktisi pendidikan, memberi sumbangsih berdasarkan bukti-bukti empiris dan kualitas pendidikan dapat lebih meningkat lagi.
2)      Manfaat Praktis
Memberi masukan kepada sekolah dan sebagai landasan evaluasi dalam meningkatkan mutu pendidikan.

B.     LANDASAN TEORI
a.    Profesionalisme Guru
1.    Pengertian Profesional Guru
Profesional menunjukan komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.
Maman Ukas dalam Endang Firmansyah (2006:6) mengungkapkan:
“Pekerjaan profesional bukan sembarang pekerjaan yang dapat dilakukan oleh setiap orang, akan tetapi orang profesional akan melakukan pekerjaan itu dengan menggerakan segala ilmu pengetahuan, kecakapan, kemahiran serta pengalamannya dalam jiwa, sikap, perilaku serta menyatunya antar pikiran, ucapan dan tindakan dengan penuh tanggungjawab dan memenuhi etika bidang pekerjaan”.
Kemudian La Sula dalam Endang Firmansyah (2006:6) menjelaskan:
“Profesional merupakan proses pemantapan profesi sehingga memproleh status yang melembaga sebagai profesional, yang di dalamnya terkait dengan permasalahan akreditasi, sertifikasi, dan izin prkatek”.
Selanjutnya E. Mulyana dalam Endang Firmanyah (2006:6) bahwa guru profesional adalah:
“guru yang memiliki pengetahuan luas mengenai jenis-jenis belajar yang ada dan kondisi-kondisi internal peserta didik, serta kondisi eksternal yang mempengaruhi”
Dengan demikian profesional dalam pendidikan tidak lain ialah seperangkat fungsi dan tugas dalam lapangan pendidikan berdasarkan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan khusus di bidang pekerjaan yang mampu menekuni bidang profesi selama hidupnya.

2.      Pengertian Profesionalisme Guru
Menurut Mugi Muryadi dalam Endang Firmansyah (2006:7)  yang dimaksud dengan Profesionalisme Guru adalah:
“Suatu Komitmen untuk ide-ide profesional dan karir dalam ilmu keguruan. Profesionalisme tidak dapat dilakukan atas dasar perasaan, kemauan, pendapat atau semacamnya tetapi dilandasi oleh pengetahuan akademik”.
Pendapat Yeti Setrawati dalam Endang Firmanysah (2006:7) mengungkapkan yang dimaksud dengan profesionalisme guru adalah:
“ide, aliran atau pendapat bahwa suatu profesi harus dilaksanakan oleh profesional dengan mengacu pada norma-norma profesionalisme, misalnya saja dalam melaksanakan profesinya maka seseorang harus profesional harus mengutamakan kliennya bukan imbalan yang diterimanya”.
Dengan demikian, kata profesionalisme tidak terlepas dari  kata profesional yang didalamnya berasas pada mutu, kualitas, dan tindakan-tindakan guru dalam melaksanakan profesi yang diembannya sesuai dengan komitmen sebagai seorang guru.

3.      Peran Guru dalam Belajar
Menurut Sanjaya dalam Yani Jumyani (2007:21) “guru memiliki peranan sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, motivator, dan evaluator”. Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi dalam belajar. Sering terjadi siswa kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang, tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi dalam belajar sehingga ia tidak  berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya.

4.      Syarat-syarat Profesi Guru
Djam’an Satori (2008:18), membagi sikap profesional yang harus dimiliki oleh guru sebagai berikut: (1) Kompetensi profesional, (2) Kompetensi personal (3) Kompetensi sosial, (4) Kemampuan untuk memberikan pelayanan.

5.      Ciri-ciri Profesional dan Kualifikasi Keguruan
1)      Ciri-ciri Profesional Keguruan
Menurut Robert W. Richey dalam Endang Firmansyah (2006:8) ciri profesionalisme guru ialah (1) para guru akan bekerja semata-mata memberikan pelayanan kemanusiaan daripada usaha untuk kepentingan pribadi (2) Para guru secara hukum dituntut untuk memnuhi berbagai persyaratan untuk mendapatkan lisensi mengajar serta persyaratan yang ketat untuk menjadi anggota organisasi guru. (3) Para guru dituntut untuk memiliki pemahaman serta keterampilan yang tinggi dalam hal mengajar, metode, anak didik, dan landasan kependidikan. (4) Para guru dan organsiasi profesional, memiliki publikasi profesional yang dapat melayani para guru, sehingga tidak ketinggalan, bahkan selalu mengikuti perkembangan yang terjadi. (5) Para guru diusahakan untuk selalu mengikuti kursus-kursus, workshop, seminar, konvensi serta terlibat secara luas dalam berbagai kegiatan in servis. (6) Para guru diakui sepenuhnya sebagai suatu karir hidup (a life career). (7) Para guru memiliki nilai dan etika yang berfungsi secara nasional maupun secara lokal.
Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi porfesional adalah “kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam”.
Oemar Halmalik dalam Endang Firmasnyah (2006:8) Ciri guru profesional ialah (1) Betindak sebagai model bagi para anggota lainnya (2) Merangsang pemikiran dan tindakan (3) Memimpin perencanaan dalam pembelajaran  (4) Memberikan masukan antara guru sesuai dengan kebutuhan (5) Membina/ memlihara literatur profesional (6) Memberikan pelayanan sebagai nara sumber (7) Mengembangkan file kurikulum (8) Memelihara hubungan baik dengan orang tua murid (9) Bertindak sebagai pengajar dalam timnya.

2)      Kualifikasi Keguruan
Guru profesional adalah guru yang memiliki kecakapan manajemen kelas dalam rangka proses pembelajaran yang efektif dan efisien.  Secara sederhana kualifikasi profesional kependidikan guru dijelaskan sebagai berikut: (1) Kapabilitas personal (person kappability) (2) Guru sebagai inovator (3) Guru sebagai developer.

6.      Indikator Profesionalisme Guru
Menurut Djaman Satori (2008:2.24), profesionalisme guru adalah “guru yang memiliki pengetahuan tentang belajar, mampu menguasai kelas (tingkah laku manusia), berpengetahuan dan menguasai mata pelajaran yang ampunya, memiliki sikap yang tepat mengenai dirinya, sekolah, teman sejawat dan bidang studi yang dibinannya dan memiliki keterampilan dalam teknik mengajar”.

b.      Motivasi Belajar

1.    Pengertian Motivasi. Belajar
Menurut Mc. Donald dalam mtsdaarulquran.blogspot. com (17/04/2013) motivasi adalah:
 “Perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dengan pengertian ini, dapat dikatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang kompleks”.
Menurut A.M. Sardiman dalam S. Hidayat (2009:47):
“motivasi belajar dapat juga diartikan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelak perasaan tidak suka itu”.
Dengan demikian motivasi belajar ialah serangkaian usaha yang ditandai dengan perubahan energi sehingga seseorang melakukan tindakan belajar secara total.

2.      Prinsip Motivasi Dalam Pembelajaran
Motivasi merupakan langkah awal terjadinya pembelajaran yang baik. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya dan penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan, dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Siswa memiliki keragaman dalam kepribadian dan kecakapan. Dengan keragaman tersebut, maka pencapaian tujuan yang belajarnya. Dalam situasi tersebut siswa akan merasakan kekecawaan dan selanjutnya dapat menimbulkan suatu keadaan yang disebut frustasi. Reaksi siswa terhadap frustasi itu ada yang tergolong konstruktif dan ada yang deduktif.

3.      Indikator-indikator Motivasi Belajar
Menurut Martin Handoko dalam S. Hidayat (2002:59), untuk mengetahui kekuatan motivasi belajar siswa, dapat dilihat dari indikator yakni (1) Kuatnya kemauan untuk berbuat (2) Jumlah waktu yang disediakan untuk belajar (3) Kerealaan untuk meninggalkan kewajiban atau tugas lain (4) Ketekunan dalam mengerjakan tugas.
Sedangkan pendapat A.M. Sardiman dalam S. Hidayat (2001:81) indikator motivasi belajar belajar adalah (1) Tekun menghadapi tugas (2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) (3) Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah orang dewasa (4) Lebih senang bekerja mandiri (5) Cepat bosan pada tugas-tugas rutin (6) Dapat mempertahankan pendapatnya.

4.      Faktor- faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Belajar adalah suatu hal yang diwajibkan untuk semua orang, belajar sebenarnya menyenangkan. Namun, selalu adalah saja hambatan-hambatan yang membuat seseorang enggan untuk belajar. Dimyati dan Mudjiono dalam sahabatsejaties.blogspot.com (2012/01), unsur yang mempengaruhi motivasi belajar siswa ialah (1) Cita-cita atau aspirasi siswa (2) Kemampuan siswa (3) Kondisi siswa (4) Kondisi lingkungan siswa (5) Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran Menurut Wlodkowski dan Jaynes dalam sahabatsejaties. blogspot.com (2012/01), motivasi belajar dipengaruhi oleh Budaya, Keluarga dan Sekolah.

5.      Fungsi Motivasi Dalam Belajar
Udin S. Winataputra dalam Neni Nuraeni (2009:22), menyatakan  fungsi motivasi belajar  adalah (1) Motivasi mendukung manusia untuk berbuat dan bertindak, (2) Motivasi dapat menentukan arah perbuatan (3) Motivasi menyeleksi perbuatan.
Menurut Oemar Hamalik dalam Neni Nuraeni (2009:22) motivasi memiliki fungsi adalah (1) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan, (2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah. (3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak.
Dari motivasi yang terdapat pada siswa memiliki intelejensi yang terbagi atas beberapa pola sebagai berikut (1) Kemampuan untuk mengklasifikasi pola (2) Kemampuan untuk memodifikasi prilaku secara adaptif (3)Kemampuan berfikir secara deduktif,  (4) Kemampuan berfikir secara induktif (5) Kemampuan untuk mengembangkan dan menggunakan model konseptual. (6) Kemampuan memahami/ mengerti.
Dengan demikian motivasi memiliki pran dan fungsi sebagai pemberi dorongan yang kuat terhadap belajar siswa dalam kaitannya pencapaian tujuan belajar.
6.      Usaha meningkatkan Motivasi Dalam Belajar
Oemar Hamalik dalam Yani Jumyani (2005: 167-168) mengemukakan cara dalam membangun motivasi belajar siswa yakni : (1) memberikan Angka (2) Pujian (3) Hadiah (4) Kerja Kelompok (5) Persaingan (6) Tujuan dan Level of Aspiration (7) Sarkasme (8) Penilain (9) Karyawisata dan Ekskusi (10) Film Pendidikan (11) Belajar Melalui Radio

c.    Kerangka Pemikiran
Profesionalisme Guru memiliki hubungan yang signifikan dalam mebangun motivasi belajar siswa. Semakin tinggi profesionalisme guru maka akan semakinmeningkat pula motivasi belajar siswa.
Jika digambarkan kerangka pemikiran akan membentuk gambar sebagai berikut:


 




Gambar 1
Keterangan :
Variabel X     : Profesionalisme Guru  
Variabel Y     : Motivasi Belajar
                       : Korelasi variabel x dan y
d.      Hipotesis
Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut: “Terdapat Hubungan Positif antara Profesionalisme Guru dengan Motivasi Belajar Siswa”.

C.      METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskriftif yang ditinjau dari hadirnya variabel dengan menjelaskan/ menggambarkan variabel masa lalu dan sekarang. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik kuesioner/ angket yang dibagikan kepada siswa MTs GUPPI Selajambe sebagai responden.
1)        Variabel Penelitian
Adapun variabel dalam penelitian ini adalah Variabel bebas (independent) profesionalisme  guru (X) dan varibel yang di pengaruhi (dependent) motivasi belajar siswa (Y).
Dalam menentukan indikator variabel profesionalisme guru mengacu pada pendapat Djaman Satori, (2008:2.24):
1.        Memiliki pengetahuan tentang belajar.
2.        Mampu menguasai kelas (tingkah laku manusia)
3.        Berpengetahuan dan menguasai mata pelajaran yang ampunya.
4.        Memiliki sikap yang tepat mengenai dirinya, sekolah, teman sejawat dan bidang studi yang dibinannya.
5.        Memiliki keterampilan dalam teknik mengajar.
Sedangkan untuk motivasi belajar mengacu pada A.M. Sardiman dalam S. Hidayat (2001:81):
1.        Tekun dalam bemenghadapi tugas
2.        Ulet menghadapi kesulitan
3.        Menunjukan minat terhadap belajar
4.        Bekerja secara mandiri
5.        Dapat mempertahankan pendapat
6.        Mampu memilah kegiatan Negatif maupun kegiatan positif
2)      Populasi dan Sampel
Sehubungan dengan jumlah siswa MTs GUPPI Selajambe kurang dari 100. Maka penulis mengambil keseluruh populasi untuk dijadikan responden. Dengan demikian penelitian ini merupakan penelitian populasi.


3)      Uji Instrumen
Untuk menguji instrumen penulis menggunakan uji validitas dan reliabilitas baik pada variabel X maupun pada Variabel Y.

4)      Analisis Data
a.    Gambaran Profesionalisme Guru
Untuk melihat gambaran variabel X Profesionalisme Guru dalam bentuk persen (%) maka dilakukan penghitungan sebagai berikut :
4.713   x 100%   = 71,84 dibulatkan 72 %
6.560   
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa profesionalisme guru MTs GUPPI Selajambe berada pada kriterium Tinggi.

b.      Gambaran Motivasi Belajar Siswa
Untuk melihat gambaran variabel Y Motivasi Belajar Siswa dalam bentuk persen (%) maka dilakukan penghitungan sebagai berikut :
4883   x 100%   = 74,44 dibulatkan 74 %
6.560       
Dengan demikian dapat disimpulkan motivasi belajar siswa MTs GUPPI Selajambe tinggi.

c.       Korelasi Profesionalisme Guru dengan Motivasi Belajar
Menghitung korelasi variabel X dan Variabel Y menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Ating Somantri (2006:224) adalah sebagai beriku:
0,967 pada tabel kriterium menunjukan keeratan yang sangat kuatl dengan demikian dapat disimpulkan bahwa profesionlalisme guru memiliki keeratan yang sangat kuat dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa.

D.      PEMBAHASAN
1.    Gambaran Profesionalisme Guru
Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan statistik dapat diketahui profesionalisme guru variabel X sebesar 72%. 72% dalam  tabel kriterium termasuk pada kriterium tinggi, dengan demikian guru MTs GUPPI Selajambe menurut persepsi responden termasuk guru yang memiliki tingkat profesionalisme tinggi. Jika merujuk pada letak geografis MTs GUPPI Selajambe berada pada wilayah terpencil atau daerah pedesaan. Namun, hal ini tidak mengurangi sikap profesionalisme yang dimiliki oleh guru.
Perofesionalisme guru merupakan ide-ide yang berkaitan dengan suatu komitmen profesional yang berlandaskan pada pengetahuan akademik. Dengan demikian profesionalisme guru merupakan bagian dari profesional guru yang berarti guru profesional akan tercermin dalam pelaksanaan tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian dalam materi maupun metode. Selain itu, juga di tunjukan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya terhadap dunia pendidikan/ keguruan.
Begitupun dengan guru MTs GUPPI Selajambe, dari angket yang telah disebarkan oleh penulis. Bahwa guru MTs GUPPI Selajambe bertanggung jawab atas materi yang diampu olehnya. Serta menjalankan tugasnya sebagai guru yang telah mengikuti proses akademik. Hal ini dapat dibuktikan melalui data yang telah didapatkan oleh penulis bahwa guru MTs GUPPI Selajambe berkualifikasi pendidikan sarjana (S1) bahkan terdapat guru yang berkualifikasi pascasarjana (S2).
Untuk itu, seorang guru yang profesional hendaknya memiliki kualifikasi pendidikan yang tinggi. Karena hal tersebut dapat menunjang pada tingkat profesional yang dimiliki oleh guru.

2.    Gambaran Motivasi Belajar
Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan metode statistik dapat diketahui motivasi belajar siswa variabel Y sebesar 74%. 74% dalam tabel kriterium termasuk pada kriteria tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa MTs GUPPI Selajambe memiliki motivasi belajar yang tinggi.
Meskipun siswa MTs yang sebagian besar berasal dari keluarga ekonomi menengah kebawah dan berada di daerah pedesaan. Hal ini tidak mengurangi motivasinya untuk melakukan tindakan belajar. Artinya tidak heran jika orang daerah banyak yang sukses bahkan lebih sukses dari orang kota. Karena orang daerahpun dengan ketersediaan perasana yang seadanya dan memiliki keterbatasan tertentu mampu melaksanakan tindakan belajar secara maksimal karena adanya dorong tersendiri bagi orang daerah untuk melakukan tindakan belajar.
Motivasi belajar merupakan dorongan atau usaha yang dilakukan oleh individu untuk melakukan tindakan belajar. Dengan demikian motivasi belajar adalah hal-hal yang mendorong, membangkitkan minat untuk belajar serta hal-hal yang mendasari seseorang mengapa harus belajar.
 Terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan tindakan belajar yakni faktor internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari diri seseorang sedangkan faktor eksternal berasal dari luar. Faktor internal bisa terjadi karena orang tersebut memahami arti penting mengapa dia harus melakukan tindakan belajar. Sedangkan eksternal bisa terjadi karena orang tersebut melihat, mendengar dan merasakan  hal-hal lain yang dapat mendorong dirinya melakukan tindakan belajar

3.    Hubungan Profesinalisme Guru dengan Motivasi Belajar Siswa
Dari hasil perhitungan rank spearman dapat diketahui bahwa harga koefisien korelasi spearman (rs) sebesar 0,967. Hal ini menunjukan hubungan antara variabel X (Profesionalisme Guru) dengan variabel Y (Motivasi Belajar Siswa) memiliki keeratan yang sangat kuat. Sementara itu, jika dibandingkan dengan hasil penelitian yang telah dipublikasikan melalui mtsdaarulquran.blogspot .com/2012/02. Dalam penelitian tersebut menghasilkan korelasi sebesar 0,68. 0,68 berada pada keeratan “kuat”.
Dengan demikian antara hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis dengan penlitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain tidak memiliki perbedaan yang cukup jauh. Hal ini menunjukan, bahwa profesionalisme guru memiliki peran yang signifikan dalam membangun dan mengembangkan motivasi belajar siswa.
Jika merujuk pada teoritis bahwa profesionalisme guru adalah ide-ide profesional yang didalamnya tercakup pada penguasaan materi dan tanggung jawab. Sedangkan untuk motivasi belajar siswa adalah dorongan yang dilakukan oleh individu untuk melakukan aktifitas belajar. Hal ini menunjukan keberadaan guru sebagai eksternalitas dalam membangun motivasi belajar memiliki hubungan yang signifikan.
Dimana dengan adanya guru yang profesional, guru tersebut mampu menjelaskan materi secara lugas dan jelas serta mampu mempertahankan tanggungjawabnya sebagai tenaga pendidik profesional. Hal tersebut akan merasang keinginan siswa untuk melakukan tindakan belajar. Disadari atau tidak bahwa seorang guru secara langusung maupun tidak langsung, menjadi salah satu pigur bagi siswanya.
Meskipun tidak semuanya motivasi belajar siswa dapat dibangun oleh guru. Namun dapat terbangun oleh individu dan aspek lain yang menyangkut pada pembangunan dan pengembangan motivasi belajar siswa. Hal ini tidak mengurangi unsur efisiensi dalam membangun dan mengembangkan motivasi belajar siswa. Sehingga, penulis memberikan saran kepada sekolah, dewan guru khususnya, untuk menjaga stabilitas profesionalisme dan terus menumbuhkan sikap profesionalisme, agar peserta didik dapat memaksimalkan potensinya sesuai dengan harapan bersama.



E.       KESIMPULAN DAN SARAN
1)      Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian dapat dirumuskan beberapa kesimpulan penelitian sebagai berikut:
1.        Menurut persepsi responden, mengenai gambaran profesionalisme guru dapat disimpulkan, bahwa guru MTs GUPPI Selajambe berada pada tingkat profesionalisme tinggi.
2.        Merujuk pada hasil perhitungan motivasi belajar siswa berada pada kriterium motivasi belajar yang tinggi.
3.        Hubungan antara variabel X (Profesionalisme Guru) dengan variabel Y (Motivasi Belajar Siswa) memiliki koefisien korelasi sangat kuat. Dengan demikian hipotesis diterima.

2)      Saran
Berikut saran yang diajukan oleh penulis:
1.        Meskipun hasil perhitungan profesionalisme guru menunjukan kriterium tinggi. Namun, terdapat item angket yang masih rendah salah satunya adalah “guru tidak pernah mengajak ngobrol pada saat istirahat”. Untuk itu kepada guru sebaiknya mengajak ngobrol kepada siswa pada saat istirahat. agar siswa tidak canggung untuk bertannya ketika siswa mendapat masalah, baik masalah mengenai pembelajaran maupun masalah individu.
2.        Sedang untuk siswa, item angket rendah ialah “siswa lebih suka mengikuti ajakan teman dalam hal apapun”. Untuk itu kepada siswa sebaiknya ketika bermain atau diajak bermain oleh teman sebaiknya dikaji terlebih dahulu dampak positif maupun negatifnya. Karena hal ini akan mempengaruhi motivasi belajar siswa.

Daftar Pustaka

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi
Firmanyah Endang. 2006. Hubungan antara persepsi mengenai profesionalisme guru dengan motivasi belajara siswa kelas III SMPN Negeri 2 Selajamb Kab. Kuningan: Universitas Kuningan
Hidayat S. 2009. Respon Siswa Terhadap Ekstrakurikuler Bidang Keagamaan Hubungannya Dengan Motivasi Belajar Mereka Pada Bidanng Studi PAI. Kuningan: STAI Al- Ihya Kuningan.
Jumyani Yani. 2009. Hubungan Antara Kompetensi Guru Fiqih Dengan Motivasi Belajar Siswa. Kuningan: STAI Al- Ihya Kuningan.
Nuraeni Neni. 2009. Hubungan Persepsi Siswa Dengan Motivasi Belajar dalam Pembelajaran PAI. Kuningan: STAI Al- Ihya Kuningan.

Ruseffendi, E.T. 1994. Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta Lainya.Semarang: IKIP Semarang Press
Satori Djaman. 2008. Profesi Keguruan. Jakarta: Universitas Terbuka
Solso Robert L., Ottoh Maclin dan Maclin M. Kimberly. 2008. Psikologi Kognitif. Jakarta: Erlangga.
Somantri Ating dan Sambas Ali Muhidin. 2006. Aplikasi Statistik Dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setia
Sudiyono. 2007. Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta
Suharsaputra, Uhar. 2012. Metode Penelitian. Bandung: Rafika Aditama.
_______________2011. Menjadi Guru Berkarakter. Yogyakartya: Paramitra Publishing.
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cempaka.
Surakhmad Winarno.1989. Pengantar Penelitian Ilmiah.Bandung: Tarsito
Yusuf Syamsu dan Nurihsan.2011. Teori Kepribadian.Bandung: UPI dan PT. Remaja Rosdakarya.


Share Post:

Yogi Iskandar


Yogi Iskandar

Yogi Iskandar

Sponsor By:

SUBSCRIBER


SUBSCRIBER

Iklan_Foot