Saat pagi menjelang,
terdeigar suara adzan. Akupun terbangun dan pergi kekamar mandi dan
mempersiapkan diri untuk melaksanakan sholat subuh. Seselesainya sholat akupun
bergegas kemeja belajar untuk sekedar membaca-baca materi pelajaran dan
mempersiapkan hal-hal yang harus kubawa kesekolah. Ketika sedang asik
mempersiapkan hal yang akan dibawa dari luar kamar terdengar suara ibu “a
tolong isi bak mandi !!!, “ia, bu” singkat saya menjawab.
Sambil melangkah
kekamar mandi aku mengambil sehelai kain yang cukup panjang dan terajut rapih
yang disebut dengan handuk. Ketika handu itu kupegang dan sekilas kupandang.
Lalu aku sandarkan dibahu kanan. Dalam perjalanan sedikit terpikir oleh aku,
bagaimana proses pembuatan handuk ini, sehingga dapat tersusun rapih dan bisa
bermanfaat untuk seseorang yang hendak mengeringkan badan ketika seselai mandi.
Untuk menjadi sehelai handuk dibutuhkan sebuah proses yang cukup panjang
dimulai dari mempersiapkan bahan untuk menjadi benang sampai keproses pembuatan
handuk dan digunakan oleh seseorang untuk mengeringkan bandan.
Didalam kamar mandi,
sambil mengisi air ke bak. Aku pun teru berpikir. Dalam pembuatan handuk butuh
proses yang cukup panjang sehingga bisa dimanfaatkan seseorang untuk
mengeringkan badan. Begitupun dengan manusia bagaimana, ketika manusia tertentu
bisa bermanfaat untuk orang lain. Maka membutuhkan proses yang cukup panjang
agar dia memiliki keahlian dan bisa bermanfaat untuk orang lain.
Namun, terkadang
manusia itu sendiri. Melupakan akan jati dirinya sebagai manusia, sehingga pada
perjalanan hidupnya. Tidak atau mungki belum terpikir bahwa keberadaan manusia
didunia adalah bagaimana dia bisa bermanfaat untuk orang lain. “sebaik-baiknya
manusia adalah manusia yang bermanfaat untuk orang lain”. Mungkin perkataan
ini, pernah terkumandangkan oleh pemuka agama.
Selain dari itu, bahwa
tugas manusia di dunia adalah untuk melakukan perubahan sehingga nilai estetika
dari dunia ini bisa terwujud dengan baik. Seperti halnya, ketika manusia. Mengalami
kesulitan saat, hendak berpegian. Maka manusia terus berpikir hingga
terciptalah sebuah sepeda motor dan akhirnya terdapat kemudah saat hendak berpergian
dengan jarak yang sangat jauh.
Inti dasarnya, ketika
manusia ingin membuat suatu hal yang baru itu diciptakan untuk melakukan
perubahan sehingga yang tadinya mengalami kesulitan menjadi lebih mudah, bukan
malah sebaiknya. Perjalanan manusia untuk agar dapat bermanfaat untuk orang
lain ialah melalui proses pendidikan. Tetapi, pendidikan yang seperti apa?. Ya,
mungkin ini pertanyaan yang sederhana. Tetapi ketika, dipikir secara mendalam.
Terdapat nilai yang luhur. Di indonesia, terdapat banyak sekali lembaga
pendidikan dari yang sifatnya pemenuhan keilmuan pada bidang konowlege hingga
pemenuhan pendidikan pada skill. Namun, nilai apa yang bisa diberikan kepada
orang lain. Ketika anak didik hendak bermasyarakat.
Pada sebuah teori bahwa
pendidikan adalah usaha yang dilakukan oleh manusia dewasa untuk memanusiakan
manusia muda. Tertapi bentuk pendidikan yang bagaimana, hendak dilakukan oleh
manusia dewasa itu. Sehingga perjalan pendidikan itu dapat terealisakan dengan
baik serta akan melahirkan manusia dewasa yang penuh dengan kesiapan pada masa
yang akan datang.
Ketika sedang asik
berpikir, tiba-tiba. Aku terkagetkan, oleh percikan air yang membasahi muka ku.
Ketika kuliah bak mandi ternyata, sudah penuh dan akupun bergegas mandi. Dalam
perjalanan menuju kamar, ibu aku bertanya “a kamu mau, kemana sekarang???”.
“aku mau ke SMK bu”. Jawabku singkat. Aku bergegas, menggunakan pakai kerjaku
yang sudah agak kusam dan mengoleskan minyak rambut dan menyisir rambut.
Seselesaikannya mempersiapkan diri akupun pergi ke ruang makan untuk sarapan.
Setelah segala sesuatunya sesesai aku, pergi. “bu, aku pergi dulu”, sedikit
berteriak, dengan maksud aku pamitan hendak pergi. Akupun menghidupkan, sepeda
motor dan bergegas pergi kesekolah.
Sesampainya disekolah,
kuliahat anak-anak sudah mulai berdatangan. “pagi pak”, “pagi jawabku” singkat.
Akupun pergi kekantor, dan menyapa beberapa guru yang sudah datang lebih dulu
“pagi pak”, sapaku. “pagi”, sapa guru yang tengah mempersiapkan bahan
pelajaran.”wah anak muda, gimana nih kabarnya”. “baik, pak”, bapak sendiri
gimana kabarnya. “baik”, guru itupun menjawab dengan singkat.
Selang beberapa menit,
bel sekolahpun berbunyi. ”Treng, treng….!”, “wah bell udah bunyi tuh, saya
duluan ya pak”. Kata salah seorang guru kepada ku, “ia pak, aku juga mau masuk
bentar lagi. Mau nyiapin dulu bahan ajar”. Selesainya mempersiapkan, perangkat
pembelajaran sayapun hendak pergi kesekolah. “saya duluan pak”, akupun pamitan
kepada salah seorang guru yang masih duduk dimeja kerjanya. “ia, pak” jawaban
singkatnya.
Aku melangkahkan kaki,
ke kelas. “pagi semua”, kataku menyapa anak-anak yang berada di dalam kelas.
“pagi ……..” dengan serentak anak-anak menjawab. “sebelum belajar, marilah kita
berdo’a” kata salah seorang anak memimpin do’a. “bedoa selesai”. Seselesainya
berdo’a, aku memulai pembicaraan. “anak-anak minggu lalu kita belajar tentang
…….”, seperti itu perkataan aku untuk memulai pembelajaran. Orang bilang itu
apersepsi, tapi yah teorinya seperti itu aku ikutin aja. Setelah seselai aku
melangkah pada penjelasan berikutnya, dari motivasi hingga mengaikan materi
dengan kehidupan. Selang 35 menit, aku bertanya kepada anak-anak “apakah kalian
mengerti”, tanyaku. “mengerti pa”, jawab anak-anak singkat.
“apakah ada yang
ditanyakan?”, akupun melontar pertanyaan. Namun, keheninganlah yang aku
dapatkan. Dalam hati aku bertanya, apakah metode yang aku gunakan ini
benar-benar bisa membuat mereka mengerti atau tidak. Aku sedikit meriutkan
wajah, sambil menatap sorot mata anak-anak yang ada didepan ku. Jika memang
anak-anak mengerti seharunya memang ada materi yang dipahami, dan itu bisa jadi
pertanyaan untuk memperjelas. Namun, yang aku dapatkan saat ini adalah
ketidakpastian tentang bagaimana perjalanan pendidikan saat ini.
Sebenarnya permasalahan
pendidikan ini ada pada guru atau memang pada peserta didik yang memang
memiliki motivasi belajar yang kurang baik. Dari sudut pandang motivasi, jika
seseorang memiliki motivasi yang tinggi maka akan mencari tentang suatu hal
yang memang belum diketahui olehnya. Apakah motivasi itu berasal dari internal
maupun eksternal itu tidak menjadi masalah yang terpenting ialah bagaimana
peserta didik memiliki keinginan untuk mengetahui tentang apa yang belum
diketahui olehnya.
Jika dipandang dari
kultur, memang untuk saat ini. Hampir tidak ada, anak yang tidak bersekolah.
Hampir rata-rata melanjutkan pendidikan, kejejang berikutnya. Namun, yang
menjadi pertanyaan adalah apakah pendidikan yang dilakukan oleh anak dizaman
sekarang. Berdasarkan atas keinginan hati atau memang karena malu jika tidak
sekolah yang artinya ikut-ikutan aja. Jika memang pelaksanaan pendidikan yang
didasarkan pada hati mereka akan memiliki semangat yang tinggi untuk mencari
informasi tentang materi yang akan diajarkan.
Mungkin satu yang
jawaban yang dapat aku katakan, bahwa pendidikan yang diikuti oleh anak-anak
saat ini adalah karena geng buka karena keinginan untuk menambah pengetahuan.
Meskipun mereka berucap, mencari pengetahuan. Namun jawaban buka pada ucapan
melaikan pada tindakan yang mereka lakukan. Apa yang harus dilakukan oleh
seorang guru agar mereka tersadarkan dan memiliki motivasi yang tinggi untuk
belajar.
Pada dasarnya motivasi,
berasal dari internal ataupun eksternal. Jika memang anaka sudah memiliki motivasi,
hal ini akan mempermudah guru dalam memberikan materi pembelajaran. Namun, jika
memang anak tidak memiliki motivasi. Hal inilah, yang menjadi tanggung jawab
guru untuk meningkatkan motivasi peserta didik. Permasalahanya apakah cukup,
peningkatan motivasi itu dilakukan oleh guru saja. Jawabnya tentu tidak, karena
salah satu faktor dari meningkat atau tidaknya motivasi adalah lingkungan.
Sedangkan lingkungan anak tidak hanya disekolah melainkan terbagi atas
lingkungan masyarakat lingkungan keluarga.
Siapa sajakah yang
harus berperan untuk meningkatkan motivasi anak, pertanyaan yang cukup bagus.
Jika dipandang dari segi pendidikan, bahwa pendidikan adalah memanusiakan
manusia yang artinya adalah pendidikan itu tidak didasari pada peningkatan ilmu
pengetahuan saja melainkan pada bagaimana dia mampu memperbaiki budi
pekertinya. Dengan demikian yang berperan untuk memperbaiki pendidikan anak
adalah guru dan orang tua.
Guru melakukan
pendidikan disekolah dan orang tua melakukan pendidikan dirumah. Sehingga
proses pendidikan tidak hanya dilakukan di sekolah melainkan pendidikan juga
dilakukan dirumah oleh kedua orangtunya. Jika hal ini, dilakukan. Maka proses
pendidikan akan terus berlanjut sehingga motivasi anak akan terus terjaga dan
proses pembelajaran pun akan terlaksana secara optimal. Selain dari itu, ketika
peran pendidikan dilakukan oleh orang tua dan guru maka akan tercipta
lingkungan yang positif bagi anak untuk terus belajar baik disekolah maupun
dirumah.
Saat pembelajaran
berlangsung, dan tidak ada ada satupun peserta didik yang bertanya akhirnya
bell pun berbunyi sebagai tanda. Pembelajaran jam pertama dan kedua selesai,
akupun melakukan penguatan materi kepada anak dan menutup pembelajaran sambil
berpesan. “Minggu depan kita akan belajar tentang……. Tolong anda cari tahu dan
pelajari dirumah” kataku kepada anak-anak “ia pak”, dengan serentak anak-anak
menjawab. Akupun mengakhiri dan kata “sampai berjumpa minggu depan di mata
pelajaran yang sama, terimkasih” kataku, sambil mengambil perangkat pembelajaran
dan keluar ruangan menuju kantor.
Nyambung rokonya dulu,
yah. Nanti kapan-kapan dilanjut lagi. Terimasih, ……!